Sejak semalam hidung ini sudah basah. Bukan karena tangis, apalagi karena raungan aku yang tidak ingin pergi, tapi karena influenza yang menyerangku sedari kemarin. Ia seperti memberikan isyarat bahwa aku tidak boleh pergi. Ah, sudahlah.
Aku bergegas mandi. Terasa kaki ini berat untuk melangkah ke kamar mandi. Dua hal yang menjadi sebab; pertama, fikiranku yang mengatakan bahwa mulai hari ini kamu akan jauh, jauh melewati hutan belantara, menyusuri samudera dan jarak yang bermil-mil jauhnya, dan yang kedua, dinginnya pagi menyengat hingga ke tulangku (berilah pengertian sedikit, aku ini cungkring ceking kering wahai udara dingin. Bukan bermaksud mengeluh, tapi inilah adanya). Aku mendengar suara adikku, "Ciee yang mau ke Kalimantan." Dan, aku lihat senyuman dari mamaku. Huh, pemandangan yang menyebalkan.
Well, kami sudah siap (lebih tepatnya aku yang sudah harus dikatakan siap). Ya, aku nggak nyangka kalau akan pergi sejauh ini, sendiri. Nggak nyangka, akan pergi bersama hari-hari yang penuh dengan kerinduan. Terlintas aku membayangkan, apa yang akan terjadi disana?
***
Mobil yang menjemputku telah datang. Mama sudah pergi duluan dengan motorku, hanya aku dan adikku saja yang naik mobil supaya mama bisa pulang mengantar adikku ke kosannya.
Aku tegar, aku tak ingin menangis. Untuk apa menangisi hal yang seharusnya aku berikan tepuk tangan, karena ini adalah pembelajaran untukku, jauh dari keluarga, tak boleh bermanja-manja, berusaha mandiri dan memang harusnya begitu.
Aku melihat lebih dalam ke bola mata mereka, satu persatu. Kulihat sudah mulai berair, berkaca-kaca menahan sendu. Aku membathin, "tolong, aku mohon, jangan menangis di hadapanku." Hal itu malah akan membuatku lebih garang lagi tak ingin pergi. Aku peluk mereka. Terasa sekali bahwa seperti inilah perpisahan yang sebenarnya. Bukan perpisahan yang hanya seminggu, dua minggu atau sebulan paling lama. Kami berpisah dan tak tahu kapan akan bertemu lagi.
Pukul 9.05
Sebenarnya pesawatku masih lama, pukul 10.30 tapi karena tidak ingin tergesa-gesa untuk check-in jadinya aku masuk pukul 9.10.
Lagi lagi, aku melihat mata yang hampir berderai air mata. Kupeluk sekali lagi, dan aku dorong trolley lalu masuk sambil melambaikan tangan. Mereka pun melambaikan tangan, namun tak ingin aku menatap mata mereka lebih dalam. Karena akan aku rasa sakit.
"Dadaaaah, hati-hati ya Wira. Jaga kesehatan disana. Jaga diri di kampung orang."
The last words in the aiport of Minangkabau yang aku ingat. Intinya, mereka ingin aku menjaga diriku baik-baik disana karena aku hanya pergi seorang diri tanpa kawan.
***
Aku masuk, dan check in segera. Menunggu. Menunggu barisan yang lumayan panjang. Sekarang, hanya ada aku dan dua koper besar ini. Bersamaan dengan orang-orang yang juga mau pergi entah kemana, tapi tujuan kami sama, ke Jakarta. Iya, aku harus ke Jakarta dulu untuk transit sebelum terbang ke Balikpapan. Dan setelah itu, aku harus naik travel perjalanan sekitar 6-7 jam menuju kota Sangata, kota tempatku pernah tinggal dulu. Dan, saat ini aku sedang menujunya. Sudah kubayangkan, bagaimana lelahnya aku nanti.
Setelah check-in, aku menuju ruang tunggu. Aku duduk. Aku usap lagi kacamataku. Kacamata yang menopang penglihatanku. Kacamata yang menemaniku sehari-hari. Aku lihat ponselku, banyak notifikasi WhatsApp yang mengatakan hati-hati dijalan. Semoga selamat sampai tujuan. Iya, teman-temanku, rekan kerjaku, dan semua yang tak bisa mengantarkan aku ke bandara.
Akhirnya, suara merdu mbak-mbak yang biasanya di bandara membuyarkan lamunananku. "Pesawat dengan nomor bla bla bla..... " seketika itu aku bergegas dan berbaur dengan barisan yang sama tujuannya denganku. Aku berjalan, santai tak tergesa-gesa, melihat sekeliling bandara, melihat bacaan Minangkabau International Airport, melihat mimik wajah orang-orang yang penuh dengan perasaan yang tak pernah aku tau.
Sesampainya di kursi, aku duduk. Tenang. Tak bersuara. Hanya menatap ke arah jendela, kebetulan aku duduk di dekat jendela. Aku bersyukur, karena aku suka duduk di dekat jendela di pesawat agar aku bisa melihat bentangan alam dari atas udara. Ya, menyenangkan. Dan ini salah satu yang bisa membuatku sedikit senang.
***
Pramugari mengatakan bahwa sesaat lagi pesawat akan segera tiba di bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Wuuih, tak terasa. Tapi sebenarnya sangat terasa, 1 setengah jam di udara dengan teman duduk yang uuuh bisa dibilang mengganggu. Tapi, yaa sudahlah.
Aku turun, aku bingung. Aku bingung haris kemana. Aku ikuti rambu-rambu yang tertulis "Transit" dan aku nyasar. Tapi sebenarnya aku sudah sampai. Aku yang mengatakan diriku nyasar ini bertanya pada pak sekuriti bandara. "Maaf, Pak. Untuk transit ini dimana ya, Pak? (sambil melihatkan boarding pass ku). "Oh, disana dek. Nanti belok kanan, terus aja. Adek lihat A1. Itu tempatnya." "Makasi ya, Pak." Dan, owuooow, jauh coy. Gilak. Aku harus jalan kira-kira 1 kilometer untuk menuju tempat check in transitku. Ngos ngosan. Jalanku sudah jauh, dan aku sudah sampai di tempat tujuanku. Dan, ternyata, eng ing eng, aku sudah berada disana sebelumnya. Hanya saja, aku memutari jalan yang lainnya. Allahuakbar, seharusnya sudah dari tadi aku bisa check in. Tapi karena kebegoan yang haqiqi inilah yang membuatku harus berputar sedikit mengelilingi bandara. Untungnya, aku titipkan semua barang bawaanku di bagasi jadi tak berat-berat berjalan sambil membawa tentengan. Aduhaaai, si kacamata yang pergi.
Sesudah check in, aku duduk mencari lokasi tempat duduk yang sesuai dengan pesawatku. Ruang tunggu A4. Aku cari, csri lagi, tak ketemu. Aku cari lagi, yang aku lihat hanya A3, A5 dan A4 nya ter-skip. Aku udah muter-muter lagi. Nggak ketemu. Aku duduk. Lelah coy. Akhirnya nanya, "A4 dimana ya, Kak?" "Disini dek." dalam hati gue, "Ebuset dah, dari tadi keliling-keliling ternyata disini. -_- Jadi, A4 itu memang nggak ada plank nya coy karena disatukan sama plank A3 dan A5. Gue aja yang grasak grusuk nyari, wededeeey.
Nunggu lagi. Gue lebih banyak nunggu coy. Lama pake banget. Mungkin sekitar 2-3 aku nunggu ni pesawat. Sudahlah, syukuri aja, Wir.
Dan, akhirnya aku di dalam pesawat, dan aku nunggu lagi coy. Nggak tau ini pesawatnya nggak terbang-terbang. Udah jam 3 lewat tapi belom juga lepas landas.
Kali ini aku duduk disamping emak-emak dan suaminya menuju Balikpapan. Woow, banyak cerita-cerita sama ibu ini. Yang paling berkesan adalah saat si ibu bilanh wajahku "baby face" wkwk. Sedikit lelahku terbayar wkwk. Makasi ya ibu wkwkwk. Btw mungkin karena aku kurus kali ya makanya dibilang gitu. Auk ah, gelap. Yang penting aku happy dibilang gituuuu wkwk. Ngakak so hard dalem hati.
Aku lihat jam pemberian si adek. Jam Mike yang tak pernah aku ganti-ganti jarum jamnya. Fyi, ini udah info dan pengetahuan umum sih, tapi kali aja kamu-kamu lupa. Bahwa, Sumatera dan Kalimantan itu beda 1 jam. Kalimantan lebih dulu daripada Sumatera. Jadi kalau misalnya di Padang jam 5 sore, nah di Kalimantan udah jam 6 sore. Ada perbedaan waktu, dan seharusnya jam tanganku juga harus aku ubah ke waktu Kalimantan. Tapi nggak aku ubah. Nggak tau, nggak pengen aja ngerubahnya. Hihi.
***
Oke, aku udah sampai di banda Balikapapan. Nunggu lagi. Nunggu travelku. Travel yang akan membawaku ke kota Sangata. Estimasi sampai tujuan adalah sekitar 6-7 jam. Dan estimasi keberangkatan adalah pukul 7 sehingga kira-kira aku sampai di kota Sangata tengah malam. Tapi apalah dayaku, keberangkatan ternyata dimulai pukul 10 malam coooy.
Aku duduk paling depan, dekat sopir. Pandanganku kosong ...
Uwaaawww kangen jam mike😂
ReplyDeleteTenang, masih cantik di tangan kakak 😁
DeleteTenang, masih cantik di tangan kakak 😁
Delete