Allah Maha Besar dengan segala
keterbisaan-Nya. Maha Luas Pengampunan-Nya dan Maha Banyak Hidayah-Nya. Allah
memberikan hidayah dan kehendak-Nya kepada siapa saja yang Dia inginkan. Kun
fayakun, terjadilah maka terjadilah. Tak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Allah
Maha Membolakbalikkan Hati. Orang sejahat apapun, akan kalah dengan hidayah
Allah, pun sebaliknya hati seorang malaikat pun akan bisa berubah menjadi hati
keparat iblis. Allah lah yang memiliki hati, jadi jangan seombong ketika sudah
merasa berhijrah namun tak dibarengi dengan doa munajat meminta kepada Allah
untuk di istiqomah-kan.
Begitu pula denganku disini, yang
telah merasakan hidayah itu masuk ke dalam relung hati ini. Merasakan nikmat
keimanan dan berusaha mati-matian agar terus istiqomah berjalan di atas
kerikil-kerikil tajam ini. Ya, begitulah perumpamaan aku mempertahankan cahaya
yang telah Allah berikan padaku. Aku tak ingin membuangnya sia-sia, aku sadar
bahwa umur ini tak akan lama. Ruh ini tak akan selamanya bersemayam di dalam
jasad yang ingin selalu meninggalkan dunia ini dengan keadaan khusnul khotimah.
Banyak dosa-dosa yang telah terkepul membumbung masuk dalam catatan sang Roqib.
Malu rasanya.
Tidak sedikit orang yang bertanya
padaku, “sejak kapan memakai jilbab sedalam ini?” Whoa, that’s a simple question,
but so hard and so long to tell the story . It is too much for telling you.
Butuh 20 episod kalau mau diceritakan haha. Baiklah, dalam tulisanku kali ini, aku akan bercerita sedikit tentang
‘jahiliyyah’ nya aku dulu hingga sampai pada saat Allah merangkulku kembali
pada-Nya.
Dulu waktu masih SMA, aku suka
banget lihat wanita yang jilbabnya panjang menjulur menutupi dada, sejuk dan
damai. Terasa, dengan jilbab yang menjulur seperti itu, laki-laki akan
menundukkan pandangan mereka, menyapa pun dengan ucapan “Assalamu’alaikum”. Ya
walaupun tidak jauh-jauh dari niat menggoda, paling tidak mereka mengucapkan
kata yang baik, tidak “cucuwiwit” yang keluar dari mulut mereka.
Ketika SMP, jilbab ku masih kekurangan bahan. Pendek. Jauh dari jilbab yang
Allah perintahkan dalam surah An-Nuur ayat 31:
“Dan hendaklah mereka (perempuan
beriman) menutupkan kain kerudung ke dadanya.”
Ayat itu sudah jelas untukku karena pada saat itu aku telah beriman, hanya ilmu ku saja yang cetek dan tak
paham dengan ayat tersebut. Juga, aku memakai jilbab
seperti palang kereta api, buka-tutup-buka-tutup. Kalau pergi ke sekolah pakai
jilbab, nanti ketika pulang sekolah jilbabnya dilepas. Ketika hangout sama
teman, jilbabnya dipakai dengan celana skinny jeans ketat, dan baju pendek
ala-ala anak kekinian jamanku dulu. Beuh, kelihatan semua lengkungan-lengkungan
badanku, walaupun cungkring tetep aja keliatan hehe (kalau ada lemak membandel,
sangat jelas terlihat haha). Dulu cuma pakai sendal teplek, nggak pakai kaos
kaki. Sendal teplek di jamanku dulu itu gaul banget dah kalau diliat. Nggak gaul kalau
nggak pake sendal teplek begituan. Jadi ngikut-ngikut trend sendal teplek juga
waktu itu hehe. Jujur, waktu SMP ini aku nggak ada niatan buat pakai jilbab lebar
menjulur menutup dada karena emang nggak ada pada saat itu. Ada pun mungkin cuma beberapa, bisa dihitung jari. Orang disekitarku juga memakai jilbab 'seadanya'. Jadi jilbab syar'i pada saat itu sangat awam di mataku.
Masuk usia yang bisa dibilang sudah mau berpikir ke depan, masa-masa dimana sedang menata perilaku dan perbuatan, yaitu masa SMA-ku. Disaat itu aku sudah mulai melihat jilbab menjulur menutup dada menjadi tujuanku. Sering melihat kakak-kakak di luar sekolah menggunakan jilbab panjang. Terkesima dengan keanggunannya. Aku berfikir pada saat itu, membandingkan aku dan dirinya. Sampai kapan aku akan seperti ini, bathinku bergumam. Disaat itu Allah telah mengetuk pintu hatiku. Allah seperti melambai di depan pelupuk mata ku. Seolah-olah ingin mengajakku ke tempat yang indah yang tak pernah aku kunjungi sebelumnya.
Singkat cerita, sesampainya aku di rumah, aku meraih jilbabku. Memasangkan nya dengan sedikit lebih memanjangkan bagian belakang dan menutupi bagian depan. Panjang. Sudah seperti kakak yang kulihat tadi. Tapi masih transparan dan menerawang karena cuma satu helai kain kerudung tipis. Tapi aku senang. Aku merasa berbeda pada saat aku mengenakannya.
Sayangnya, di SMA-ku tidak ada Rohis yang bisa menjadi wadah untuk menggembleng ilmu agamaku. Aku masih seperti berjalan sendiri tanpa dirangkul sahabat-sahabat yang senantiasa mengingatkan agar selalu istiqomah. Alhasil, ketika itu aku belum konsisten menggunakan jilbab syar'i. Plusnya, aku tak pernah membuka jilbab ku ketika keluar rumah. Alhamdulillah, ketika sudah masuk SMA, aku berkomitmen untuk tidak membuka jilbab lagi ketika hendak keluar rumah. Minusnya, ya jilbab ku masih kekurangan bahan, belum panjang.
Hingga aku lulus SMA, Allah benar-benar menuntunku pada cahaya-Nya. Setelah hidayah mengetuk pintu hatiku ketika SMA, kini Allah benar-benar membawaku pada hal yang aku inginkan sejak dulu. Allah memberikan aku wadah untuk aku meraup ilmu agamaku yang masih sangat miskin ini. Allah memberikan aku sahabat-sahabat yang mengingatkan aku bila aku terjatuh.
Semester 2 aku kuliah, Allah telah menetapkan hatiku untuk istiqomah menggunakannya. Lambat laun jilbabku selebar kakak kemarin. Aku melewati semua ini dengan 'step-by-step'. Kembali aku rapikan niatku hanya untuk Allah, membetulkan kembali pondasi ku yang sedikit goyah. Aku meniatkan semua ini hanya untuk Allah, tidak untuk hal-hal lain yang menyimpang dari Rahmat Allah SWT. Murni, ini hanya untuk Allah. Berharap Allah akan terus menjaga hati ini untuk terus memakai pakaian taqwa. Berharap hati ini tidak tergerus dengan celaan orang-orang, berharap hati ini akan senantiasa setia menjaga apa yang Allah telah amanahkan padaku.
Intinya, ketika sudah ada perasaan untuk menuju kebaikan, bersegeralah melakukannya. Karena pada saat itulah Allah sedang sangat dekat berada di hatimu. Dia tengah menyibak tabir yang ada dalam hatimu. Allah tengah menuntun kembali dan mengeluarkanmu dari kegelapan yang menutupi hati dan fikiranmu. Bersegeralah, berlari walaupun untuk mencoba berlari, engkau mesti merangkak terlebih dahulu. Dengan niat karena Allah, Dia pasti selalu menuntun. Dengan niat karena Allah, Dia tak akan tinggalkanmu. Percayalah, sedikit demi sedikit, 'step-by-step' kita lalui, insyaAllah, Allah akan permudah semuanya. Karena Allah, Lillah!
#nursahab
No comments:
Bila ada komentar, kritik atau saran silakan ditulis disini ya. Terimakasih.