Sumatera Barat tak habis-habisnya
menyimpan sejuta pesona. Keindahan alam, keutuhan sosial budaya dan kelestarian
lingkungan sekitar masih terbingkai rapi dengan indahnya alam Minangkabau . Dengan Jam Gadang yang berdiri megah di tengah-tengah
keramaian kota Bukitinggi, Mesjid Raya Sumatera Barat yang unik dengan gonjong
khas Minangkabau, dan Nyarai Lubuk Alung dengan hamparan air hijaunya. Masih
banyak sejuta keindahan lain yang tersimpan di alam ciptaan Allah ini, Sumatera
Barat.
Salah
satu ciri khas bangunan budaya yang sangat diketahui masyarakat Minangkabau adalah
Istano Basa Pagaruyung. Bangunan tradisional yang terdiri dari 11 gonjong ini
dibangun pada tahun 1976. Hanya melihat dari kejauhan, kita sudah dapat merasakan
atmosfir kebudayaan yang merekah. Karena di dalamnya terdapat beragam ukiran-ukiran
yang setiap ukirannya memiliki makna dan filsafah budaya Minangkabau. Bangunan
yang terletak di Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar ini menjadi
objek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 1804 terjadi kerusuhan di atas bukit Batu
Patah, dimana tempat berdirinya Istano Basa yang asli. Kerusuhan ini
mengakibatkan Istano Basa terbakar habis. Dan pada tahun 1966, Istano Basa
kembali didirikan namun kembali mengalami hal serupa.
Istano
Basa Pagaruyung ini berjarak sekitar 106 km dari ibukota provinsi Sumatera
Barat, Padang dan sekitar 5 km dari kota Batusangkar. Istano megah ini sangat
mudah dijangkau dengan transportasi baik roda 2 maupun roda 4. Ketika hampir
sampai pada tempat lokasi, kita akan melihat gonjong-gonjong yang terlihat dari
kejauhan. Hal itu menandakan bahwa kita sudah hampir sampai. Sebelum memasuki
lokasi, kita harus membayar sejumlah uang untuk dapat masuk ke dalamnya.
Setelah membayar karcis, kita akan masuk dan melewati beberapa kawanan badut
nantinya akan menawarkan jasa foto bertemakan Istano Basa Pagaruyung untuk
kemudian diabadikan langsung dengan cetakan foto yang bagus dan tentunya kita
akan dikenakan tarif untuk itu. Namun, tidak usah khawatir karena tarif yang
dipatok tidak sampai membuat kantong bolong, hehe.
Ketika sudah berada
di dalam, kita akan disuguhi dengan beragam pernah pernik khas Minangkabau.
Seperti tempat tidur, alat-alat dapur dan baju adat Minangkabau itu sendiri. Istano
Basa ini terdiri dari 3 lantai dimana lantai dasarnya terdapat Singasana atau
disebut juga dengan Pelaminan Bundo Kanduang yang sejajar dengan pintu ketika
kita masuk tadi. Singsana ini dilingkari dengan tali yang menjuntai di sisi kanan,
kiri dan depan. Bilik atau kamar juga menjadi ruangan yang tak sepi untuk
dilihat. Bilik-bilik dihuni oleh putri-putri kerajaan yang sudah berkeluarga.
Istano Basa Pagaruyung memiliki 9 ruang dimana satu ruangan digunakan sebagai
tempat jalan ke dapur yang dinamakan Selasar. Selanjutnya ada Anjuang Rajo
Babandiang , Anjuang Perak, Bandua Tangah, Bandua Tapi, Tango, dan ruangan-ruangan
lain yang menggambarkan kerajaan tradisional Istano Basa Pagaruyuang. Disana
ada alat elektronik seperti televisi yang dapat menjelaskan kepada pengunjung untuk
mengetahui sejarah dari bangunan megah itu. Sehingga kita dapat bersama belajar
dan mengetahui sejarah Istano Basa Pagaruyung.
![]() |
Dalam lensaku, Rangkiang |
No comments:
Bila ada komentar, kritik atau saran silakan ditulis disini ya. Terimakasih.