Jam dinding terus berdetak menghentakkan detik-detiknya.
Hawa malam semakin menusuk tulang, dan ngiang nyamuk semakin terasa terdengar
di telinga. Kulihat jarum jam telah menunjukan angka 11. Suatu angka yang sudah
cukup untuk dikatakan larut malam. Hati dan fikiran ini semakin buncah.
Kulihat
nyenyak tidur adikku yang mungkin sudah bermimpi indahnya, terlihat dari raut
wajahnya yang senyum-senyum bagaikan mendapat pujian dariku. Bukan. Kali ini ia
tengah lelap dalam tidurnya. Iya, dia tengah bermimpi. Entah apa yang ia
mimpikan, aku tak peduli hal itu. Kembali kulihat jam dinding. Pukul 11 lewat 5
menit. Suatu waktu dimana sudah seharusnya manusia-manusia seperti aku ini
untuk tidur. Aku? Iya aku disini masih terjaga menunggu ia yang sedari tadi aku
nanti.
“Ya Allah, jagalah ia.
Jangan Engkau biarkan ia kenapa-kenapa, ya Allah.” Gumam hatiku.
Ini bukan kali pertama aku menunggunya selarut ini. Aku
tak tahu apa yang terjadi di luar sana. Teleponku tak diangkat, begitupun
dengan pesan yang aku kirim berpuluh-puluh kali tak juga dibalas. Apa yang
terjadi padanya? Akankah ia sadar bahwa ia sudah selarut ini untuk pulang?
Apakah ada hal yang sangat genting sehingga ia tak kunjung kembali setelah
selarut ini? Hatiku berucap, bila ia menemui hal yang perlu untuk dipecahkan,
hendaklah ia mengabariku. Agar tak hadir beribu-ribu tanda tanya dalam benak
dan fikiranku.
Bathin dan logikaku tak henti-hentinya bergulat. Logikaku berkata bahwa disana ia mungkin sedang menyelesaikan sesuatu yang harus diselesaikan. Namun, bathinku berkata lain. Ia berargumen bahwa di luar sana ia sedang bersama seseorang. Seseorang? Iya, bersama seseorang yang tak aku kenal. Kali ini, aku takut dan sangat resah kalau-kalau hal itu terjadi kembali. Malu dan sedih rasanya!
“Kak, kenapa? Udah jam setengah 12 kok kakak belum tidur?” Tiba-tiba adikku membangunkan lamunanku.
“Eh, nggak apa-apa kok, dek. Kakak belum ngantuk. Ini
masih mau ngerjain tugas.” Jawabku.
Mungkin ia belum sepenuhnya sadar dari tidurnya karena
aku tak memegang selembar kertaspun layaknya aku sedang mengerjakan tugas, dan
ia tak mempertanyakan itu. Seketika setelah mengejutkanku, ia terlelap kembali.
Tiba-tiba terdengar suara sepeda motor. Suara itu tak
asing lagi dari pendengaranku. Sontak aku langsung beringsut keluar kamar dan
menengok ke arah ruang tamu. Menanti penuh harap dan penuh kecemasan. Dalam
fikiranku, ia akan menjabarkan semuanya. Semua yang ia lalui sampai selarut
ini. Semua yang harusnya ia kabarkan. Harapku! Namun, semua yang tertampung
dalam angan-anganku malam ini, buyar. Serasa petir menyambarku disiang bolong.
Inikah yang aku lihat?
Bersambung ...
No comments:
Bila ada komentar, kritik atau saran silakan ditulis disini ya. Terimakasih.